Laman

Kamis, 13 Januari 2011

GELOMBANG PUISI

POTONGAN JIWA

Ketika aku duduk diam
Pikir dan angan melang-lang buana
Membawa ke dunia berbeda

Tapi
Di depan mata kepalaku
Sebuah semangat membara
Sebuah ilustrasi dunia gila
Sebuah dilema bahaya

Menjadi lukisan maya kenangan ubah letupan
Menjadi bayang senja ubah senjata api

Kucoba menyaksikan semua
Merasakan semua
Merindukan semua
Mencintai semua

Saat potongan jiwa mengoyak dada
Bara mulai layu
Tumbuh rendah
Selimut asa
Timbul tenggelam




3 Maret 2008




Guruku


Guratan dalam alismu menandakan kegelisahan
Harapan dan impian kau gantungkan di pundak kami
Bagai air yang mengalir deras ke hilir
Menuju samudra mimpi dan harapan

Guru
Ketika kami semua terlena dengan mimpi sesaat
Kau bangunkan kami untuk menghadapi tujuan sebenarnya
Kau bangunkan kami untuk menghadapi kehidupan
Kau bangunkan kami untuk melawan semua tuntutan

Guru
Dulu kami punya pahlawan bangsa
Cut Nyak Dien, Diponogoro, Pangeran Antasari, dan banyak lagi deretan lainnya
Sekarang kami hanya punya orang tua kami dan kalian
Orang tua yang seharusnya membimbing di rumah dan masyarakat
Serta kalian melengkapi dengan bimbingan di sekolah

Guru
Jasamu tiada tara
Tak dapat tergantikan oleh emas segunung di belakang sana
Tak dapat tergantikan oleh hamparan berlian di pasir putih
Tak dapat tergantikan oleh apapun di dunia ini

Kau yang mendidik kami
Kau pengganti orang tua kami di sekolah
Kau juga yang memberikan perhatain yang tulus ikhlas kepada kami

Guru
Tiada kami terlupa jasamu


Terima Kasih Guruku


Bapak guru…
Ibu guru…
Terima kasih ku ucapkan
Pada guruku yang tulus dari lubuk hati

Pak…
Kami tahu, kami sering menyakiti hati kalian
Kami tahu, kami sering melukai perasaan kalian
Dan kami pun tahu, kami sering membuat luka kemudian menaburkan garam di atasnya

Bu…
Kami sadar, kami telah lalai dalam mengerjakan tugas kami
Kami sadar, kami telah lupa dalam melaksanakan kewajiban kami
Dan kami pun sadar sepenuhnya, kami terkadang sengaja melupakan semua

Pak…
Kami sering juga membuat hati kalian resah
Kami sering merusak harapan kalian
Kami sering menghancurkan cita dan angan kalian

Bu…
Kami sering juga membuat kalian terbangun tengah malam
Untuk mendoakan kami
Agar kami berhasil
Agar kami sukses
Agar kami menjadi anak yang berbakti
Bagi diri sendiri, orang tua, guru, masyarakat, atau bahkan bangsa dan negara

Bagi kami
Kalian adalah pahlawan kebanggaan kami
Kalian adalah perwira yang gagah berani berjuang di dunia yang keras, dunia pendidikan

Pak…
Bu…
Terima kasih atas segalanya
Terima kasih atas yang telah engkau berikan kepada kami
Terima kasih atas motivasi dan doa yang tiada henti datang bertubi-tubi

Pak…
Bu…
Terima Kasihku Ku Ucapkan 





CINTA BIRU

Cinta biru membuat sejuk
Di hati yang sunyi
Membangkitkan gairah putih dan kemesraan biru
Dalam pilu merah hati
Ketika ditinggal sang Pangeran Malam



SAJAK BOM ATOM

Berlari meretas waktu
Bergulir mengiring dentuman bom
Berada di tengah ledakan maha dahsyat

Megah
Indah

Kulukis awan atom menjadi pohon
Perangai singa mengamuk runtuh jadi Angora cantik

Pergi meretas waktu
Bergulir menjaga jarak
Meraih bintang dan bulan
Melukis bidadari khayangan


KUTITIPKAN SEBATANG RINDU UNTUK NEGERI

jalan rindu meretas arti 
ke hadapan rumah pemilik negeri
meregang asa mengejar mimpi

wahai pemilik negeri ini
belum cukup kau melihat penderitaan bangsa
belum cukup kau mendengar kesemrawutan para pembantumu
belum cukup kau merasakan dengki anak negeri

wahai pemilik negeri ini
jalan padat merayap menuntun kami
gubuk reyot penuh darah dan nanah
sungai rasa kopi mengalir ke peraduan senja
tambang bencana kuak alam kaya 
gunung sampah merajalela
air bersih dewa bencana
listrik menyengat sang papa
harga makan sama harga nyawa
harga bahan korelasi matematika
menutup tiga dunia menjadi gila

kami rindu dendam keindahan
kami rindu kesumat tataan kehidupan

korupsi mengganti 
kolusi menggeliat
nepotisme mengiang 

jujur ditendang, adil diadili

rekayasa mimpi
harga diri diinjak negeri sendiri
luluh lantah menerjang badai

takdir bencana di sana sini
banjir merenggut harta benda
gunung meletus meregang nyawa
tanah longsor merajalela
penyakit bergelombang silih berganti 
hama menyerang mati suri petani
marabencana
marabahaya

duhai, sang pemilik negeri
tak ada kata "menyerah" untuk berbuat
tak ada kata "takluk" untuk mengubah
tak ada kata "tak bisa" untuk negeri

jangan kenyang perut sendiri, kelompok, atau golongan Anda
kami masih muda dan rentan
kami tinggal tulang dan daging merayap
belum berarti tak bisa sembunyi

duhai, sang pemilik negeri
kutitipkan nasib bangsa kepadamu
kutitipkan segenggam nyawa para kaum papa
kutitipkan secercah harapan nasib para pendidik negeri
kutitipkan secuil bulan impian para kaum mayoritas

akan kutagih janji di akhirat kelak
bagaimana kau pimpin negeri ini
bagaimana kau perlakukan anak bangsa
bagaimana kau didik pendidik negeri

kutitipkan sebuah asa untuk negeri
kutitipkan sebatang rindu untuk negeri

Bogor, 13 November 2010
catatan sejarah anak negeri
depan Istana Bogor
sebelum kembali ke peraduan semula
Balikpapan-Longkali (Kalimantan - Timur)







4 komentar:

  1. Bapak bener-bener suka sastra ya....
    Salut dah saya... (:

    BalasHapus
  2. terima kasih caciannya... moga tambah karya lagi nanti

    BalasHapus
  3. assalamualaikum pak guru.salam kenal ya...kalo ada waktu silaturahim ke blog saya wassalam

    BalasHapus